Selasa, 02 Mei 2017

Etika Jawa dalam Menerima Tamu

Masyarakat kita dikenal sebagai masyarakat yang sangat menghormati orang lain. Dalam menerima kehadiran seseorang para orang tua mengajarkan 5 hal yakni aruh gupuh rengkuh lungguh dan suguh.
  1. Aruh bermakna menyapa. Maksud dari aruh ini adalah membuka diri melalui percakapan agar seseorang yang diajak bicara tidak merasa canggung dan bisa bertukar fikiran secara terbuka. Mari kita lestarikan khazanah budaya agar tetap terjaga sepanjang masa.
  2. Gupuh secara harfiah artinya tergesa gesa atau tergopoh gopoh. Makna yang luas dari gupuh ini adalah perasaan gembira ketika menyambut kehadiran seseorang. Arti lainnya adalah ketika menerima kehadiran seseorang tuan rumah hendaknya bersikap ramah, hangat dan antusias saat menyambut kehadirannya. Seorang tuan rumah harus rela meninggalkan kegiatannya dan harus bisa menekan amarah dalam hatinya. Misalnya berusaha menyembunyikan raut wajah yang tadinya cemberut menjadi lebih berseri-seri atau yang semula berpakaian seadanya menjadi lebih rapi.
  3. Rengkuh berarti dengan lapang dada menerima kehadiran seseorang, meskipun hal itu tidak kita harapkan. Ibarat kata legawa (menerima dengan penuh kesadaran), hal ini wajib dilakukan.
  4. Lungguh berarti mempersilahkan seseorang untuk segera masuk kelingkungan tempat kita untuk segera duduk. Dalam budaya kita, tamu tidak akan duduk sebelum dipersilahkan untuk duduk, istilahnya belum "dimanggakne". Biasanya sambil mempersilahkan duduk tuan rumah memberi sambutan basa-basi sebagai bumbu penyedap agar suasana menjadi lebih gayeng atau semarak misalnya : wah kok masih awet muda saja ataupun njanur gunung (tumben jauh-jauh datang kesini) dan menanyakan kabar, hal semacam ini adalah sebuah pembukaan sehingga seseorang yang datang bisa merasa nyaman sebelum masuk kedalam suasana percakapan yang lebih serius.
  5. Suguh berarti memberi suguhan atau memberikan hidangan. Hidangan ini bisa alakadarnya ataupun hidangan besar. Dalam budaya Suguh ini ada sedikit penekanan bagi tuan rumah untuk berkorban secara financial dengan sedikit “memaksakan diri” demi menghormati seseorang. Bagi seseorang yang sedang berkunjung pun juga harus bisa menyikapi suguh ini, jika belum dipersilahkan mencicipi hidangan maka jangan pernah serta merta mengambil makanan yang disuguhkan, tamu harus sabar menunggu hingga tuan rumah mempersilahkan untuk mencicipi hidangan. Dann tamu pun harus rela untuk sedikit mencicipi hidangan meskipun tidak merasa lapar, semua demi sebuah penghormatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://www.twitter.com/agusetyawan91